Puisi

Disini ada puisi matematika yang dibuat oleh peserta lomba menulis puisi matematika yang dilaksanakan oleh program studi Magister Pendidikan Matematika. Lomba ini diberikan penghargaan MURI berupa peserta terbanyak penulis puisi matematika. Lomba puisi matematika ini diikuti 166 peserta tingkat SD, 1330 peserta tingkat pelajar SMP/SMA/sederajat, dan 512 peserta mahasiswa dan masyarakat umum.

                Untuk Kategori SD, puisi terbaik diraih Mutiara Hikmah, murid kelas IV SD Negeri 8 tanjung enim, dengan judul puisi Rumah empat. Pada kategori SMP/SMA/Sederajat puisi terbaik diraih Riana Sari dari SMA Negeri 1 Kosambi tangerang dengan puisi Matematika Hidup Indonesiaku, kategori Mahasiswa dan Masyarakat Umum dimenangkan Zaki Fathuroman dari FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan judul puisi mata juang.

RUMAH SEGI EMPAT
Cipt: Mutiara Hikmah,
murid kelas IV SD Negeri 8 tanjung enim

Di suatu simpang empat
Di pemukiman yang rapat
Terdapat sebuah rumah segi empat
Pintu dan jendelanya berwarna coklat


Di halaman trapesium hijau nan luas
Tumbuh lingkaran tanaman hias
Ada juga tanaman pisang, rambutan, dan nanas
Diameter kebahagiaan terukir di sebuah senyuman puas

Dalam rumah sederhana segi empat
Terdapat kamar bujur sangkar sebanyak empat
Keliling kamarku tambahkan setiap sisinya yang berjumlah empat
Luas kamarku adalah hasil dari sisi kuadrat

Genting tanah liat menghiasi atap rumahku
Tampak bangunan segitiga dari depan rumahku
Keliling segitiga tambahkan setiap sisi atap rumahku
Luas segitiga alas kali tinggi dibagi dua sisi atap rumahku

Terdapat sebuah lukisan pemandangan yang terpajang
Di rung tamuku yang berbentuk persegi panjang
Bila ditambahkan setiap sisi kita dapatkan keliling persegi panjang
Luas persegi panjang hasil perkalian lebar dan panjang

Wahai kawan akulah penghuni rumah segi empat
Aku ingin belajar dengan cermat dan giat
Agar memperoleh ilmu yang bermanfaat
Dan menjadi orang berguna di masyarakat

MATEMATIKA HIDUP INDONESIAKU
Cipt : Riana Sari dari SMA Negeri 1 Kosambi tangerang
Vektor kehidupan menggenggam besaran waktu
Memintas masa kearah positif tanpa pernah kembali
Namun vektor waktu tak searah vektor negeriku
Terpisah membentuk sudut harapan dan kenyataan sepi
Resultannya....

Angin membawa teriakan mahasiswa menggema hingga titik puncak
Tanah menadah peluh dan menggenggam air mata dari deret antrian minyak tanah
Seperti deret geometri dengan rasio sengsara yang sama
Yang mematah hubungan implikasi dengan alam raya negeri ini

Indonesiaku ini statistika...coba hitung kelas di kuartil satu!
Berapa banyak rakyat menggelar koar, telah terekam oleh alam?
Mereka dikelas bawah tak lebih hanya punya satu mau : Punya peluang membeli kebutuhan


Satu diantara mereka berteriak :
Sadarlah kamu wahai orang-orang yang dikepalamu ada mahkota harta berpangkat
Tanpa akar yang melilit...kalian perlu sadar!!!


Bahwa hidup tak sekedar tambah laba dan kali lipat tapi juga ada hasil bagi dan ambil rugi
Lucu,..cibir kaum di kuartil ketiga :
Ada banyak faktor yang membuatku ada dipuncak segitiga
Sementara kalian berputar tak lepas dari lingkaran yang sama
Cetaklah balok-balok semangat dan bangunlah matriks kerja keras

Maka grafik hidupmu akan bergerak naik

Hidup memang perlu matematika karena hidup ini statistika
Kenyataan adalah mean harapan dan usaha
Dan harapan terbesar bangsa adalah ketika kita
bersama mengibarkan Indonesia di titik puncak parabola kehidupan


Dan kita akan tersenyum penuh harapan
Ketika anak-anak kita dari berbagai kuartil belajar berhitung sejak kecil,...
Dari satu, dua, tiga...


Dan kita akan tersenyum penuh bangga
Jika matematika menghantarkan bangsa tak sekedar jadi pemegang piala
Tapi jadi jawaban dari masalah negeri kita...

MATA JUANG
Cipt : Zaki Fathuroman
dari FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)

Demi kuadran pertama : pada absis impi trias mahkota, ordinat kemilau penyilau mata

Rakus linear menganaktangga, sedemikian rupa sehingga
Pembongkar belenggu tega diawanama, untuk digugur kali kedua
Secara lebih bermuka dua, oleh mereka si pelaknat darma

Mereka kongkol premis itu : 10 atau 2 atau 1 atau kombinasi angka tertentu
Meredam bara, abai Kapitan Pattimura
Melalap benggol, borgol Tuanku Imam Bondjol
Melupa jua, Sultan Mahmud Badaruddin II

Mereka urut premis lainnya : 5 atau 2 atau kombinasi angka tertanda
Si Jalak Harupat tersingkat kata : menderita Oto Iskandar Di Nata
Puputan memfosil lagi terabai : mencerai I Gusti Ngurah Rai

Menyerang fajar : maka gelap makin gelegar
Badaikan matra empat rasa hambar, rapalkan mantra nanti bau kelakar
Mencekik garuda : maka nyawa retak di dada
Banjirkan kering darah mengubur tunggal ika, longsorkan keping marah menyebar petaka
Mereka pejuang buaya : maka palsu berkarya
Ragam petuah menghias wajah, masih batu beku di kalbu?
Malah nyengat terduga, di batas tak hingga, beringas menghitam jelaga
Termasuk Soekarno-Hatta, dideret menginjak cita
Berpuluh beratus beribu bahkan berjuta

Hitunglah! Pembongkar belenggu diawanama, nyata oleh mereka
Lihatlah! Mata juang gerombolan basi, seperti berteori :
Negasikan sembilan delapan! Nolkan pegangsaan!

Setelah pi mari melingkar, bermerah basmi si jalang ajar, saling berputih untuk bertukar
Relakah benar bertakar lembar, meniup padam nusa lentera
Lalu bermasa penuh gelepar, sekedar himpun nestapa jera, dari semesta pilihan sadar

Sebelum pendulum usai frekuensi, garis kita miring kapan henti?

Membuat jurang dari kiri sisi? Lesatlah ke kanan eksponen titi!
Seabad lewat terokalah ke muka, peubah negeri bernilai mangsa,
Bukankah akar negatif bangsa, mestinya imajiner belaka

Atau kita teranjau sengaja, sembari menguadrat duka?
Mata juang tatap bersama, ayo mengaksioma :
Tebarkan neraca, kalibrasi Indonesia

1 komentar: