Sabtu, 02 Juni 2012

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme


Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme

            Mustaji & Sugiarso (2005) menyatakan bahwa pendekatan konstruktivis merupakan suatu pendekatan yang memberi peluang terjadinya proses aktif peserta belajar mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, memanfaatkan sumber belajar secara beragam, dan memberi peluang peserta belajar untuk berkolaborasi dengan yang lain.
Dalam pendekatan ini, peserta bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Peserta belajar membawa pengertian yang lama dalam situasi belajar yang baru. Peserta belajar sendiri yang membuat atas apa yang dipelajari membandingkannya dengan apa yang telah diketahui serta menyelesaikan ketidaksesuaian antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru. 
                   Suparno (1997) mengidentifikasi 4 prinsip konstruktivis dalam belajar yaitu:
(1) pengetahuan dibangun oleh mahasiswa sendiri baik secara personal maupun sosial,
(2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pembelajar kepada pebelajar,
(3) pebelajar aktif mengkostruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah,
(4) pembelajar sekedar membantu pebelajar dengan menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pebelajar berlangsung secara efektif dan efisien.
                 Menurut Nuralilah (2008:19), pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme di sekolah dasar dilakukan karena memiliki kelebihan antara lain :
1. Pembelajaran dimulai dari konsep yang dimiliki peserta didik, bukan konsep yang dimiliki oleh guru sehingga kegiataan peserta didik berangkat dari pengalaman yang relevan dengan tingkat perkembangannya.
2. Kegiatan dipilih sesuai dengan minat kebutuhan anak.
3. Memberikan kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri dengan tujuan supaya seluruh kegiatan alan lebih bermakna bagi siswa.
4. Menyajikan kegiataan pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan peserta didik.
5. Keterampilan sosial peserta didik akan terbina seperti saling menghargai pendapat orang lain(toleransi) kerjasama.
6. Peserta didik dibiasakan untuk memecahkan masalah menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-idenya.

                   Adapun kelemahan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut:
1. Langkah yang sulit dalam menerapkan model konstruktivisme di kelas tinggi sebab anak terbiasa dengan pembelajaran yang konvensional sebelumnya.
2. Lebih banyak waktu yang diperlukan dalam pengembangan konsep sebuah fokus lebih kepada kegiatan-kegiatan dalam menemukan konsep itu.
3. banyak membutuhkan alat bantu dan benda manipulatif untuk pembelajaran, mengingat kemampuan setiap anak yang berbeda yang dirasakan belum memahami konsep tersebut ketika diajarkan dengan alat peraga.
4. intensitas bimbingan dan arahn menuju konsep yang diharapkan lebih tinggi untuk menghindarkan miskonsepsi tersebut.
5. guru perlu mengobservasi setiap anak dengan teliti supaya bisa diketahui sejauhmana dia memperoleh pemahaman mengenai konsep yang dipelajari dalam kegiatan dan proses pembelajaran dilakukan (Nuraliah,2008)


sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar